Jeroan Hewan Kurban Cemari Sungai, Kesadaran Warga Kota Pekanbaru soal Lingkungan Dinilai Masih Rendah
Berita Baru, Pekanbaru – Tim Ekspedisi Sungai Nusantara dan Komunitas Pondok Belantara menemukan sampah jeroan hewan kurban di sejumlah saluran air di Kota Pekanbaru. Atas temuan itu, dua komunitas pemerhati lingkungan ini menilai bahwa kesadaran warga Kota Pekanbaru tentang kebersihan sungai masih sangat rendah.
Selama melakukan ekspedisi dua hari di Sungai Sail dan Sungai Batak pada 11-12 Juli 2022, mereka menemukan puluhan spot buangan sampah jeroan sapi dan kambing di saluran air itu.
Sampah jeroan itupun ditemukan dengan keadaan sudah menimbulkan aroma busuk.
Selain masih rendahnya kesadaran masyarakat, peniliti dari tim Ekspedisi Sungai Nusantara, Prigi Arisandi menyebut ada persoalan lain, yaitu tidak hadirnya Pemerintah Kota Pekanbaru untuk turut serta menjaga kualitas air di sungai-sungai Kota Madani ini.
“Fakta ini memperlihatkan bahwa Pemko Pekanbaru tidak hadir untuk menjaga kualitas air di sungai-sungai di Pekanbaru,” ujar peneliti tim ESN, Prigi Arisandi kepada Beritabaru, Rabu (13/7/2022).
Prigi mengatakan bahwa berdasarkan hasil survei Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada 2013 terkait kesadaran lingkungan menunjukkan rendahnya kesadaran masyarakat Indonesia untuk menjaga kelestarian lingkungan.
“Dari angka nol sampai dengan satu, indeks kepedulian lingkungan masyarakat Indonesia ada pada nilai nol koma lima puluh enam,” sebut alumni Fakultas Biologi Universita Airlangga Surabaya itu.
Kata dia, nilai itu dikelompokkan pada level kepedulian lingkungan yang rendah.
Sementara itu, Koordinator Komunitas Pondok Belantara, Eko Handiko Purnomo mengatakan, prilaku membuang sampah jeroan ke sungai memperlihatkan ketidakpedulian warga Pekanbaru pada kelestarian sungai.
“Perilaku membuang jerohan hewan kesungai menunjukkan ketidakpedulian warga Pekanbaru pada kelestarian sungai. Sebab, sungai Sail dan sungai Batak ini akan bermuara ke Sungai Siak yang airnya masih digunakan sebagai air bersih,” ujar Eko.
Menurut Eko, tidak selayaknya warga membuang kotoran atau sampah pada saluran-saluran air yang bermuara ke Sungai Siak.
Dampak Pembuangan Sampah Jeroan Kurban ke Sungai
Selain menimbulkan bau busuk, peniliti dari Tim ESN, Prigi Arisandi mengatakan bahwa sampah jeroan kurban juga akan mengganggu estetika.
Tak hanya itu, kata dia, sampah jeroan itu juga akan menurunkan kadar oksigen dalam air yang pada gilirannya akan menurunkan kadar oksigen sehingga mengganggu keberadaan biota air.
Lalu, menurutnya, sampah jeroan itupun akan meningkatkan pencemaran sungai, karena dalam jeroan mengandung bakteri E-Coli dan E-Coli fekal.
“Pembusukan di dasar sungai secara langsung akan membunuh biota dasar sungai,” papar Prigi.
Atas temuan ini, Tim ESN dan Komunitas Pondok Belantara merekomendasikan agar Pemko Pekanbaru segera melakukan upaya pembersihan sungai di Kota Pekanbaru.
“Agar bebas dari sampah jeroan dan plastik,” kata Eko.
Kemudian Eko meminta Pemko Pekanbaru agar memasang plakat atau papan imbauan untuk tidak membuang Sampah ke sungai.
Disisi lain, Prigi meminta Pemko Pekanbaru menegakkan Perda dan memberikan sanksi kepada pelaku pembuang sampah.
“Tak hanya itu, Pemko juga harus menyediakan tempat sampah dan tempat pengolahan sampah sementara di tiap kelurahan,” ujar Prigi.
Selain Pemko, Tim ESN dan Komunitas Pondok Belantara juga meminta Majelis Ulama Indonesia (MUI) membuat fatwa “haram” membuang jeroan hewan kurban ke sungai.
“Sebaiknya agar memendam jeroan di dalam tanah,” pungkas Prigi.