Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Peringati Hari Bumi, Walhi Riau Berkampanye Sambil Berbagi Takjil Kemasan Ramah Lingkungan

Peringati Hari Bumi, Walhi Riau Berkampanye Sambil Berbagi Takjil Kemasan Ramah Lingkungan



Berita Baru, Pekanbaru – Tahun ini, tema Hari Bumi 2022 mengusung “Invest in Our Planet“, yang berisi kampanye ajakan untuk menjaga kelestarian lingkungan sebagai bagian dari investasi di masa depan. Sejalan dengan tema Hari Bumi, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Riau bersama Eksekutif Nasional dan 27 Eksekutif Daerah lainnya pada peringatan Hari Bumi tahun ini mengusung tema “Pulihkan Bumi, Tolak Investasi Kotor”.

Dalam momentum Hari Bumi 2022 Walhi Riau menggelar aksi di lokasi timbulan sampah dan bagi-bagi takjil dengan kemasan ramah lingkungan. Aksi ini dilakukan Walhi Riau bersama Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) Suluh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau.

Kampanye dan bagi-bagi takjil tersebut disiarkan secara langsung di media instagram Walhi Nasional.

Koordinator Media dan Penegakan Hukum Walhi Riau, Ahlul Fadli mengatakan, ada tiga isu penting yang disorot saat aksi. Pertama, gugatan warga terkait pengelolaan sampah di Kota Pekanbaru. Kedua, penyelamatan wilayah pesisir dan pulau kecil khususnya Pulau Rupat, Bengkalis. Dan ketiga, mempertanyakan komitmen Gubernur Riau terkait program Riau Hijau.

“Timbulan sampah plastik serta pengelolaan sampah yang buruk merupakan salah satu penyebab terjadinya bencana ekologis. Selain itu, fakta timbulan sampah dan banjir, paling tidak memperlihatkan dua hal penting. Pertama, sistem pengelolaan sampah dan perencanaan kota belum dilangsungkan dengan baik. Kedua, DPRD Kota Pekanbaru belum melakukan tugas pengawasannya dengan baik,” kata Ahlul Fadli kepada Beritabaru.co, Sabtu (22/4/2022) sore.

Menyoal isu kedua, berdasarkan hasil catatan Walhi Riau, Pulau Rupat adalah pulau kecil yang luasnya kurang lebih 1.500 kilometer persegi. Menurut Undang-undang Wilayah Pesisir Pulau Kecil, yang disebut pulau kecil adalah pulau yang sama atau lebih kecil dari 2000 kilometer persegi. Menurut temuan Walhi Riau, ada sebanyak 77,9 persen wilayah Pulau Rupat merupakan wilayah gambut.

Ahlul Fadli mengungkapkan, saat ini Pulau Rupat mengalami berbagai ancaman perizinan baik di darat maupun laut. Di darat, ada tujuh korporasi yang menguasai sekitar 61 persen daratan, sementara di laut ada tambang pasir yang mengakibatkan abrasi dan berkurangnya hasil tangkap nelayan.

“Sementara, komitmen Riau Hijau yang digadang-gadang dapat menahan laju kerusakan dan perbaikan lingkungan hidup di Riau serta diharapkan mampu menurunkan emisi gas rumah kaca, nyatanya masih bersifat parsial, simbolis dan belum memiliki dampak di lapangan. Komitmen Riau Hijau harusnya mampu menjadi solusi permanen rusaknya hutan dan lingkungan hidup kita,” sebutnya.

Selanjutnya, Ketua Umum Mapala Suluh FKIP UNRI, Nur Rahmawati mengatakan, sebagai generasi muda harus terpanggil dan menyadari dampak perubahan iklim akibat kerusakan lingkungan hidup. Ia juga mendesak pemerintah untuk memenuhi hak atas keadilan iklim dan melakukan aksi nyata sekarang.

“Kita ingin menyampaikan pesan terutama anak muda di Riau agar mulai sadar bahwa krisis iklim itu nyata. Selain itu, ruang hidup kita juga terancam rusak akibat eksploitasi sumber daya alam. Ini saatnya kita bergerak untuk menyelamatkan bumi dari investasi kotor dan merusak,” kata Nur usai aksi hari bumi dan pembagian takjil di Simpang Tabek Gadang, Panam, Kota Pekanbaru.