Mengenang Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari, Pendiri Nahdlatul Ulama, Wafat pada 7 Ramadan 1336 H
Berita Baru, Pekanbaru – Siapa yang tak kenal dengan nama Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari? Mayoritas masyarakat Indonesia tahu siapa beliau. Ia adalah pendiri organisasi Islam terbesar di Indonesia Nahdlatul Ulama (NU). Kiai Hasyim Asy’ari lahir di Tambakrejo, Jombang pada 14 Februari 1871 dan meninggal pada 25 Juli 1947 atau 7 Ramadan 1366 H.
Melansir Republika dikutip dari NU Onlie, sebelum Kiai Hasyim Asy’ari menghembuskan nafas terakhir, ia terkejut mendengar kabar jatuhnya Kota Malang dalam agresi Belanda pada 21 Juli 1947. Kota tersebut merupakan markas tertinggi Hizbullah-Sabilillah. Kabar jatuhnya Kota Malang disampaikan oleh pemimpin Sabilillah Surabaya Kiai Gufron saat Kiai Hasyim Asy’ari mengajar ngaji.
Mendengar kabar buruk tersebut, seketika Kiai Hasyim Asy’ari memegang kepalanya sambil menyebut nama Allah Swt, “Masyaallah, Masyaallah” lalu tak sadarkan diri. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter ia dinyatakan mengalami pendarahan otak yang sangat parah. Kiai Hasyim Asy’ari bahkan tak sempat menemui utusan dari Panglima Sudirman dan Bung Tomo yang ingin menyampaikan kabar buruk tersebut karena sang kiai wafat.
Salah satu kontribusi besar Kiai Hasyim Asy’ari kepada bangsa Indonesia adalah seruannya kepada umat Islam tentang kewajiban mempertahankan tanah air dari penjajah.
Berkat seruan tersebut Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengundang seluruh konsul-konsul NU di seluruh Jawa dan Madura pada 21 Oktober 1945 di Kantor PB ANO (Ansor Nahdlatul Ulama) di Jalan Bubutan VI/2 Surabaya. Mereka membahas seruan dari Kiai Hasyim Asy’ari tersebut.
Dalam rapat tersebut Ketua Besar PBNU KH. Abdul Wahab Hasbullah menetapkan suatu keputusan apa yang disebut dengan Resolusi Jihad Fii Sabilillah. Seruan tersebut dengan cepat menyebar ke masjid-masjid dan musholla. Isi dari resolusi jihad tersebut berisi seruan kepada umat Islam, anak-anak, perempuan dan laki-laki adalah fardhu a’in mengangkat senjata apabila berada di jarak 94 KM dari musuh. Namun hukumnya fardhu kifayah jika berada di luar jarak tersebut.
Seruan tersebut membakar semangat rakyat Surabaya, khususnya umat Islam. Berkat itu rakyat Surabaya bersuka cita karena meraih kemenangan melawan sisa-sisa penjajah Jepang. Oleh karena itu hingga kini peristiwa ini sangat dikenal dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
Kiai Hasyim Asy’ari bukan sekadar ulama tetapi juga pejuang kemerdekaan. Oleh karena itu ia dianugerahi sebagai pahlawan nasional. Dari seruan resolusi jihad Kiai Hasyim Asy’ari tersebut terdapat pelajaran yang wajib dipegang teguh oleh penerus kemerdekaan agar selalu mencintai tanah air.
Alfatihah untuk Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari
Sumber Berita: Republika.co.id
Sumber Foto: Republika.co.id